Dokter Tim Nasional U-19 dr Alfan Nur Asyar mengatakan sebanyak 23 persen dari 30 pemain Garuda Jaya mengalami dehidrasi (kurang cairan) dan 77 persen sisanya berstatus hidrasi normal.
Jumlah ini diketahui berdasarkan hasil tes urin seluruh pemain yang diambil malam hari, sehari sebelum bertanding. Status dehidrasi ini rentan menimbulkan masalah cedera bagi pemain di lapangan.
"Dehidrasi ini bisa berdampak pemain rentan cedera. Makanya kita terapi konsumsi air elektrolit bagi pemain dehidrasi," ujar dr Alfan Nur Asyar kepada Harian Super Ball, Minggu (29/6/2014).
Alfan menambahkan tes urin yang diambil dari seluruh pemain itu salah satunya mengetahui status hidrasi pemain. Status Hidrasi pemain normal itu jumlahnya 70 sampai 75 persen dari berat masa tubuh. Jika ditemukan kurang dari 2 persen dari jumlah itu maka dinyatakan terdehidrasi alias kekurangan cairan.
"Kalau sudah dehidrasi, kita terapi pemain untuk mengkonsumsi 4 liter air elektrolit dalam sehari," ujarnya.
Alfan mengatakan kendala dari terapi air ini masih banyak pemain yang tidak mengkonsumsi air sesuai anjuran. Sehingga tim medis mengambil langkah preventif dengan memberikan break time di tengah pertandingan.
"Break time menit ke 25 kemarin itu hanya langkah preventif saja. Untuk menghindari cedera. Ini memanfaatkan laga ujicoba," ujarnya.
Alfan menambahkan angka pemain dehidrasi ini relatif menurun dibanding di laga sebelumnya. Saat Timnas masih berada di Yogyakarta, pertama diterapkan pemeriksaan urin, kedapatan 50 persen pemain dehidrasi. Kemudian setelah melakoni pertandingan di Palembang menurun menjadi 30 persen.
"Kasusnya ada yang penderita lama, dan pendatang baru. Hanya kita terus fokus membenahi status hidrasi ini," ujarnya. [ TRIBUNNEWS.COM]