Selasa, 01 Juli 2014

23 Persen Pemain Timnas U-19 Dehidrasi dan Rentan Cedera


Dokter Tim Nasional U-19 dr Alfan Nur Asyar mengatakan sebanyak 23 persen dari 30 pemain Garuda Jaya mengalami dehidrasi (kurang cairan) dan 77 persen sisanya berstatus hidrasi normal.

Jumlah ini diketahui berdasarkan hasil tes urin seluruh pemain yang diambil malam hari, sehari sebelum bertanding. Status dehidrasi ini rentan menimbulkan masalah cedera bagi pemain di lapangan.

"Dehidrasi ini bisa berdampak pemain rentan cedera. Makanya kita terapi konsumsi air elektrolit bagi pemain dehidrasi," ujar dr Alfan Nur Asyar kepada Harian Super Ball, Minggu (29/6/2014).

Alfan menambahkan tes urin yang diambil dari seluruh pemain itu salah satunya mengetahui status hidrasi pemain. Status Hidrasi pemain normal itu jumlahnya 70 sampai 75 persen dari berat masa tubuh. Jika ditemukan kurang dari 2 persen dari jumlah itu maka dinyatakan terdehidrasi alias kekurangan cairan.

"Kalau sudah dehidrasi, kita terapi pemain untuk mengkonsumsi 4 liter air elektrolit dalam sehari," ujarnya.

Alfan mengatakan kendala dari terapi air ini masih banyak pemain yang tidak mengkonsumsi air sesuai anjuran. Sehingga tim medis mengambil langkah preventif dengan memberikan break time di tengah pertandingan.

"Break time menit ke 25 kemarin itu hanya langkah preventif saja. Untuk menghindari cedera. Ini memanfaatkan laga ujicoba," ujarnya.

Alfan menambahkan angka pemain dehidrasi ini relatif menurun dibanding di laga sebelumnya. Saat Timnas masih berada di Yogyakarta, pertama diterapkan pemeriksaan urin, kedapatan 50 persen pemain dehidrasi. Kemudian setelah melakoni pertandingan di Palembang menurun menjadi 30 persen.

"Kasusnya ada yang penderita lama, dan pendatang baru. Hanya kita terus fokus membenahi status hidrasi ini," ujarnya. [ TRIBUNNEWS.COM]

Timnas U-19 Mudah Dehidrasi



Pelatih Tim Nasional U-19 Indra Sjafri mengatakan penerapan sports science ini membuat pemainnya cepat kehilangan cairan alias dehidrasi. Kondisi ini membuat dirinya mengubah kebiasaan mengkonsumsi air di setiap latihan.
Akan tetapi, penerapan pola makanan mengacu sports science ini terbukti membuat tubuh skuat Garuda Jaya semakin bugar dan meningkatkan performanya.

"Biasanya pemberian air itu setelah babak pertama usai. Sekarang di tengah-tengah pertandingan kita break sebentar untuk minum," ujar Indra Sjafri kepada Harian Super Ball, Sabtu (28/6/2014).

Seperti saat Timnas U-19 melawan Tim PON Jawa Barat di Stadion Siliwangi, Bandung, Jumat (27/6/2014) malam di menit ke 25, wasit yang memimpin pertandingan meniupkan pluit untuk istirahat minum. Indra mengatakan kondisi ini justru menguntungkan dirinya terutama dalam mengontrol kebutuhan air pemain.

"Tidak jadi soal, justru dengan seperti ini kita mengetahui kapan pemain harus mengkonsumsi air," ujarnya.

Selain mudah dehidrasi, para pemain memasuki masa adaptasi dari pola makan yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi masing-masing.

Menu makan yang diberikan tentu saja berbeda antara pemain satu dengan lainnya. Pola makan sehat yang diterapkan ini membuat beberapa pemain sempat kaget.

"Yah, biasa yang makan ayam dengan kulitnya sekarang sudah tidak lagi. Orang Padang yang senang pedas, sudah tidak bisa makan lagi. Yah, perlu adaptasi," ujarnya.[TRIBUNNEWS.COM]

Kata Rudy Keltjes Timnas U-19 Berpeluang ke PD 2018


Pelatih PSM Makassar, Rudy Keltjes prihatin dengan kondisi sepak bola di Indonesia yang belum juga bisa lolos ke Piala Dunia. Padahal minat masyarakat di Indonesia sangat tinggi terhadap sepak bola.

Karena Indonesia belum pernah lolos ke perhelatan sepak bola dunia empat tahunan, akhirnya warga di Indonesia malah mendukung negara-negara lain.

“Kita ikut euforia piala dunia, tetapi sayangnya kita justru mengidolakan negara lain. Ini menjadi keprihatinan yang seharusnya tidak terus terjadi,” kata Rudy kepada Harian Super Ball, Sabtu (28/6/2014).

Meski demikian, Rudy menilai Timnas Indonesia U-19 memberi secercah harapan bagi kita.

“Dengan track record dan prestasi yang sudah diperoleh, saya yakin Timnas U-19 ini bisa menjadi harapan kita. Mereka anak-anak kita yang memiliki masa depan baik. Jika performa dan kekompakan bisa dijaga, saya yakin mereka bisa lolos ke Piala Dunia (PD) 2018,” ucap Rudy.

Usia seluruh pemain Garuda Muda asuhan Indra Sjafri masih muda dan akan siap jika bisa lolos ke Piala Dunia.

“Ini bukan harapan terlalu melambung, tetapi karena melihat prestasi dari U-19 yang membanggakan. Di setiap laga, mereka selalu mendapat kemenangan. Ini modal bagus asalkan bisa dijaga terus. Jangan sampai dibubarkan, karena mereka ini bibit yang baik. Tim ini memang benar-benar dibentuk dengan persiapan dan pembinaan yang sangat bagus,” terang Rudy.

Rudy berharap Evan Dimas dan kawan-kawan tetap dibina dalam satu tim yang solid. Jangan dimasukan ke dalam klub-klub yang justru akan mempengaruhi performa mereka.

”Saya khawatir, jika anak-anak ini sudah mengenal uang bisa menurunkan penampilan mereka di timnas. Sebaiknya dijaga terus dengan dimasukan ke dalam pembinaan. Ini harus menjadi perhatian PSSI dan pemerintah. Biar anak-anak ini hanya memikirkan sepak bola dan sekolahnya. Semua urusan lain, seperti gaji dan uang saku harus ditanggung oleh pemerintah dan PSSI,” jelas Rudy.

Menurut Rudy, masyarakat tidak bisa berharap dari Timnas Indonesia U-23 atau Timnas Senior, karena performanya jauh dibanding U-19. Apalagi kedua timnas itu dibentuk dengan mengumpulkan pemain dengan dadakan dari berbagai klub. Berbeda jauh dengan U-19 yang dibentuk dari pencarian talenta-talenta muda.

”U-19 ini dibentuk dari nol sampai bisa menjadi juara di tingkat Asean. Kita harus bisa menang di Asia dan bisa diharapkan lolos ke piala dunia. Jadi saya sangat berharap semua pihak mendukung perkembangan U-19 ini dengan terus melakukan laga uji coba.

Lebih bagus lagi, kalau mereka dimasukan ke akademi sepak bola dunia, sepeti Barcelona, Real Madrid dan lain-lain. Jadi pengalamannya makin banyak dan memiliki mental juara,” papar Rudy.[TRIBUNNEWS.COM]

Timnas U-19 Sudah Bisa Improvisasi




Ditahan imbang 1-1 oleh tim PON Jabar membuat pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri semakin membuka mata terhadap kondisi timnya dan kemungkinan calon lawan yang dihadapi.

“Tim Jabar memang menutup lini satu (lini belakang) kita dengan cepat. Itu menyulitkan untuk build up serangan dari bawah, karena itu sering terlihat bola-bola panjang ke depan,” katanya usai pertandingan.

Dia mengakui jika banyak passing pemain-pemainnya kerap salah sepanjang pertandingan sehingga bisa diintercept lawan. Itu pula yang membuat gaya bola pendek khas Timnas U-19 terlihat menurun dibanding laga-laga sebelumnya.

Dari data yang dimiliki Indra, jumlah passing pemainnya memang menurun dibanding pertandingan lainnya. Meski tak menyebut jumlah passing secara pasti, jumlah tersebut dipastikan menurun dari passing Timnas U-19 yang mencapai 600-700 kali passing setiap laga.

“Tidak hilang permainan kita, tapi karena lawan cepat pressing bola banyak langsung ke depan. Ini akan menjadi evaluasi kita, banyak passing salah juga,” tuturnya.

Mendapatkan lawan yang ngotot dan motivasi tinggi untuk terus menekan dan agresif dari lini pertahanan sendiri, Indra menyebut pemainnya mulai terbiasa. Dia mencontohkan dengan berhasilnya pemainnya berimprovisasi, hingga gol akhirnya tercipta di Injury time.

“Evan Dimas bisa improvisasi, cari inisiatif untuk bisa cetak gol. Tapi, memang lawan bisa kasih imbang, tapi bukan dari hasil permainan, tapi gol tendangan bebas,” tuturnya.