Bhineka Tunggal Ika, itulah yang tergambar komposisi pemain Timnas U19. Di dalam Tim yang dibesut oleh Indra Sjafri tersebut, terdapat pemain yang berasal dari berbagai suku dan agama.
Sebut saja sang kapten Evan Dimas yang berasal dari Surabaya dan beragama Islam. Maldini Pali, anak Sulawesi Barat yang beragama Kristen. Paolo Sitanggang, pemuda Batak yang beragama Kristen. Putu Gede asal Bali yang beragama Hindu, lalu ada juga Yabes yang Katholik dan Ryuji Utomo, anak muda keturunan Jepang-Jawa.
Sang pelatih Indra Sjafri , sangat mafhum dengan kebhinekaan anaka-anak didiknya tersebut. Alih-alih menjadi terpecah belah, perbedaan latar belakang itu justru dijadikan oleh lelaki Minang itu sebagai model awal untuk menguatkan identitas keindonesiaan.
“Indonesia ini tidak hanya kaya keragaman budaya, tetapi juga terdiri atas banyak agama. Para pemain saya rekrut juga dari awal harus mencerminkan keberagaman itu, jadi timnas ini benar-benar mewakili wajah bangsa kita,” ujar Indra Sjafri di Padang, Rabu (11/6).
Kendati mayoritas pemain beragama Islam, namun tidak ada pengkotak-kotakan secara sektarian dan primordial di Timnas U-19. Semua pemain dibebaskan untuk mengekspresikan keyakinannya dan pemain lain yang tidak sekeyakinan didorong untuk menghormati perbedaan tersebut. Mereka semua hidup bersama dalam semangat keberagaman yang dipenuhi toleransi.
Sebelum latihan dan bertanding, Indra tak hentui-hentinya mengingatkan anak-anak didiknya untuk selalu mengingat Tuhan. Ia menanamkan juga rasa syukur pada diri para pemain sebagai mahluk beragama yang percaya bahwa Tuhan-lah sumber kehidupan.
“Setiap Minggu, tak jarang saya mengingatkan para pemain yang Kristiani untuk ke gereja sebelum latihan,” katanya.
“Ini sepakbola, bukan soal suku atau agama. Identitas kita sebagai Timnas adalah Indonesia, bukan Jawa, Batak atau yang lain,” tegasnya.[Sayangi.com]
Sebut saja sang kapten Evan Dimas yang berasal dari Surabaya dan beragama Islam. Maldini Pali, anak Sulawesi Barat yang beragama Kristen. Paolo Sitanggang, pemuda Batak yang beragama Kristen. Putu Gede asal Bali yang beragama Hindu, lalu ada juga Yabes yang Katholik dan Ryuji Utomo, anak muda keturunan Jepang-Jawa.
Sang pelatih Indra Sjafri , sangat mafhum dengan kebhinekaan anaka-anak didiknya tersebut. Alih-alih menjadi terpecah belah, perbedaan latar belakang itu justru dijadikan oleh lelaki Minang itu sebagai model awal untuk menguatkan identitas keindonesiaan.
“Indonesia ini tidak hanya kaya keragaman budaya, tetapi juga terdiri atas banyak agama. Para pemain saya rekrut juga dari awal harus mencerminkan keberagaman itu, jadi timnas ini benar-benar mewakili wajah bangsa kita,” ujar Indra Sjafri di Padang, Rabu (11/6).
Kendati mayoritas pemain beragama Islam, namun tidak ada pengkotak-kotakan secara sektarian dan primordial di Timnas U-19. Semua pemain dibebaskan untuk mengekspresikan keyakinannya dan pemain lain yang tidak sekeyakinan didorong untuk menghormati perbedaan tersebut. Mereka semua hidup bersama dalam semangat keberagaman yang dipenuhi toleransi.
Sebelum latihan dan bertanding, Indra tak hentui-hentinya mengingatkan anak-anak didiknya untuk selalu mengingat Tuhan. Ia menanamkan juga rasa syukur pada diri para pemain sebagai mahluk beragama yang percaya bahwa Tuhan-lah sumber kehidupan.
“Setiap Minggu, tak jarang saya mengingatkan para pemain yang Kristiani untuk ke gereja sebelum latihan,” katanya.
“Ini sepakbola, bukan soal suku atau agama. Identitas kita sebagai Timnas adalah Indonesia, bukan Jawa, Batak atau yang lain,” tegasnya.[Sayangi.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar